MODUSIN SUPIR TRUCK Part 1

Oleh : Ayah Penyayang


Malam itu aku melintas di jalan lintas yang masih di lalui truck² besar. Disana juga banyak war1a mangkal menjajakan diri.

Aku pun melintas dengan lambat² dari samping sebuah tronton. Lalu mataku menoleh ke kiri atas, karna supirnya udah membuka pintu mau turun.

Aku tersentak melihat supirnya bapack² yang ku sukai. Aku pun brenti di depan setelah 20 meter melewatinya. Lalu ku toleh ke belakang. Dia pun turun dari trontonnya.

Lalu dia jalan ke arahku. Akupun udah deg²an sambil berharap dia modusin aku. Tapi ternyata dia belok kiri menuju lapak jualan sarapan pagi yang ada di atas parit besar itu.

Lalu dia duduk sambil merokok disana. Aku pun melihati ke arah dia sambil berharap dia datangin aku. Tapi itu gak terjadi.

Akhirnya akulah yang memundurkan motorku lalu brenti tepat di depan lapak kosong itu. Tapi dia cuek bebek aja ke aku. Itu membuat mentalku agak down.

Lalu aku pun akhirnya menyapa dia dari motorku yang udah ku matiin.

"Pak!", sapaku.

"Ya...!", sahutnya.

Lalu dengan ragu² aku turun dari motorku dan melangkah mendekati dia ke lapak itu.

"Ada mancis Pak?", tanyaku.

"Ada!", ucapnya.

Lalu dia pun menyodorkan mancis dan aku pun membakar rokokku.

Lalu ku tanya²lah dia dari mana mau kemana. Ku tanya juga apa muatan trontonnya. Lalu ku tanya siapa temannya. Ternyata dia main tunggal.

Aku pun memuji kemampuan dia yang masih sanggup bawa tronton lintas 3 propinsi sendirian. Badannya kecil, pendek, dan usianya katanya udah 65.

Sekian menit kami ngobrol, aku pun mau merayunya. Tapi aku ragu² dan detakan di dadaku udah makin kuat².

"Banyak kali disini war1a ya Pak. Gak nyaman jadinya. Kadang kita brenti di tepi jalan, mereka langsung datang ngajak² main!", ucapku mengawali kesana.

"Iya!", jawabnya simpel.

"Aku udah pernah Pak di datangi war1a. Trus aku nolak di ajaknya main. Habis tuh dia minta duit 20 rb.....

.....Aku bilang gak ada, tapi dia maksa dan malah mau geledah aku katanya. Dia gak percaya katanya aku bilang gak ada duit. Untunglah aku cepat² kabur!", ucapku panjang lebar.

Lalu habis bilang gitu, aku liat ke bapacknya. Eh, dia cuma diam aja gak ada bilang apa².

"Kalau bapack pernah make war1a gak?", tanyaku.

"Kadang pernah juga kalau lagi suntuk!", ucapnya.

Mendengar itu aku makin gemetaran. Aku langsung bayangin bapacknya suka di isap.

Lalu bapacknya berjalan meninggalkan lapak itu dan berdiri di tepi aspal. Aku pun mengikutinya. Lalu kami berdua akhirnya duduk di tepi trotoar.

"Bapack ke war1a pengen di apain? Di isap aja atau nusuk lobang ek0rnya juga?", tanyaku.

"Di isap aja!", jawabnya.

Lalu aku pun langsung melanjutkan kata²ku.

"Maaf ya Pak. Aku sebenarnya suka ngisap juga. Tapi aku gak banc1 atau pernah dandan kayak perempuan!", ucapku.

Hampir gak berani aku menoleh ke dia. Aku berharap aja ada jawaban menyenangkan dari dia.

Tapi dasar. Bapacknya gak menimpali omonganku sama sekali. Jadi kesan yang ku tangkap dia gak tertarik samaku.

Aku pun sadar, mungkin dia seleranya ke war1a aja, bukan ke laki² straight. Soalnya para supir truck itu memang langganannya para war1a.

"Kalau seandainya bapack mau, aku pengen isap burung bapack!", ucapku.

"Aku suka ngisap burung bapack² Pak. Kalau ke yang muda aku gak suka. Aku jago ngisap Pak. Isapanku enak!", ucapku melanjutkan.

Aku benar² nawarin jasa isap dengan menyampaikan kelebihan² yang ku punya. Aku berharap dia mau nyoba make jasaku, walaupun untuk sekali itu aja.

"Boleh gak Pak aku isap bapack. Aku udah pengen kali ngisap Pak.", ujarku lagi.

"Lagi kurang fit malam ini!", jawabnya.

Aku pun jadi sedih dengarnya. Aku merasa udah terancam gak berhasil nih upayaku.

"Aduh. Padahal punyaku udah hidup pula Pak. Minta tolonglah Pak, kasih aku sekali ini aja!", pintaku.

"Ayolah Pak ke kostku kita bentar. Nanti ku antar bapack kesini lagi.", ucapku.

"Kost dimana?", tanyanya.

Lalu aku pun ngasih tau.

"Jauh juga ya.", ucapnya.

"Lumayan Pak. Tapi gak ada istilah jauh malam gini. Jalan kosong.", ucapku.

"Ayolah Pak. Kasianlah samaku Pak. Pasti ku antar nanti bapack kesini lagi!", ucapku.

Gak ada jawaban dari dia entah mau entah gak. Dan aku pun jadi hati². Jangan nanti meledak pula amarahnya.

Walau dia udah tua, aku takut juga. Karna dekat tempat kami duduk itu adalah gudang mereka. Disana rame bapack². Dan tukang keamanannya mondar mandir ke jalan itu.

Lalu si bapack ninggalin aku begitu aja di trotoar itu. Gak ada kata permisi sama sekali. Dia jalan ke arah pintu mobil trontonnya yang sebelah kanan (arah ke jalan) sampai gak bisa ku lihat lagi.

Sempat terpikir samaku, jangan2 dia kentjing di balik tronton itu. Pengen ngikuti tapi segan aku. Dan pant4tku udah kayak berakar di trotoar itu.

Serasa sulit untuk bangkit berdiri. Aku udah kayak orang bego yang di cuekin gitu aja setelah membeberkan panjang lebar tentang penyakitku.

Tiba² aku mendengar pintunya di hempaskan. Oh ternyata bapacknya udah naik ke trontonnya. Makin tipis harapanku. Dugaanku dia akan berangkat dan menjalankan mobil itu. Selamat tinggallah berarti samaku.

Atau kalaupun belum berangkat. Mungkin dia akan tidur disana. Jadi gak ada gunanya lagi aku nunggu² dibawah. Dia gak akan turun juga lagi.

Aku pun berdiri dari dudukku dan berjalan menjauh ke depan. Karna aku pengen bisa melihat dia ke dalam trontonnya. Kalau dekat kali gak mungkin bisa liat ke atas.

Tapi aku gak bisa liat ke dalam karna gelap. Dan yang pasti dia udah liat gerak gerikku dari dalam. Dimana mataku tertuju terus ke arah kaca mobilnya.

Lalu tiba² dia menurunkan kaca pintu kirinya dan dia udah duduk di kiri itu. Dia menatapku tanpa sepatah kata. Aku pun bingung melototin ke arahnya. Lalu di bukanya pintu itu.

"Apa Pak?", tanyaku yang gak mendengar apa².

"Naik!", ucapnya.

Aku pun segera naik ke atas. Lalu dia langsung nurunin celana pendeknya hingga pertengahan paha.

Dia pake celana pendek yang panjangnya hingga lutut dan pinggangnya berkaret itu. Kini aku bisa liatin celana dalam warna coklatnya. CD-nya gak branded. Tapi yang di beli di pasar² itu aja.

Aku pun langsung nurunin celana dalam itu ngeluarin kont0lnya. Astaghfirullah... kont0lnya super jumbo. Aku kaget dan gak nyangka kont0l bapacknya segede itu. Kont0lnya udah hidup pula.

Langsunglah aku emutin sambil gemetaran. Kurasa ada tuh 18 cm. Aku heran aja, di dalam tubuh sekecil itu terdapat kont0l yang segede itu. Benar² gak imbang ke badannya.

Sayangnya baru ngisap 30 detik aja, bapacknya langsung crot. Aku gak nyangka juga bisa secepat kilat dia crot. Belum puas ngisap, eh udah nembak. Sperm4nya banyak kali di mulutku.

Aku pun gelagapan dan cepat² menuju pintu kaca. Ku tumpahkan semua sperm4nya dari mulutku. Kesannya aku kayak jijik jangan sampai ada yang tertelanku.

Aku meludah beberapa kali keluar. Masih aja terasa kayak ada sperm4nya nyangkut di rongga mulut atau kerongkonganku.

"Kok cepat kali Pak?", tanyaku.

"Iya. Gak sanggup saya lagi!", ucapnya.

"Pantaslah dari tadi gak mau diajak ke kost. Ternyata ngeluarkan itu cuma sebentar kali.", ucapku sambil nyubit pipinya. Dia pun mengulum senyum di bibirnya.

"Jadi segitu lagi kerasnya tuh?", tanyaku.

"Iya. Gak bisa keras lagi.", ucapnya sedih.

Tapi gitu² ukurannya ada 18 cm. Gimana kalau masih bisa keras ngacengnya ya. 20 cm kali ya?!

"Makasih ya Pak!", ucapku ke dia.

"Iya!", ucapnya.

"Kapan Bapack kesini lagi?", tanyaku.

"Sekali seminggu wajib kesini. Pokoknya tandai aja mobil ini!", jawabnya.

Lalu aku pun pulang.

Minggu depannya ku intip² lagi dia kesana, tapi gak ketemu. Padahal pengakuan dia, dia seminggu sekali turun ke kota itu dan wajib mampir di gudang itu.

Karna kejadian itu kebetulan hari Rabu, akhirnya setiap Rabu aku wajib ngecheck dia kesana, tapi gak pernah liat. Dia memang gak bilang setiap Rabu kesana.

Dan hari² lain juga aku mantau juga kesana. Tapi gak bisa memang rutin tiap malam. Aku pun sadar, mungkin dia kesana pas aku gak kesana. Dan sampai sekarang, gak pernah kami ketemu lagi.

Serba sulit sih kalau ngintip² gitu aja. Mungkin dia bisa aja datang hari itu, tapi aku telat beberapa jam. Aku datang dia udah berangkat. Atau aku datang dia belum nyampai. Dia nyampai aku udah pergi.

Jujur aku sangat merindukan bapacknya dan masih pengen ngisap kont0lnya. Tapi entah masih hidup dia atau gak. Kejadian itu pun udah 6 tahun yang lalu.

Aku sih gak nyoba minta nomor hapenya waktu itu. Bukan gak terpikir, tapi aku enggan karna merasa mungkin dia gak akan mau ngasih. Makanya dari pada sakit hati, mending gak usah ku minta deh, pikirku.


Selesai.



Attention‼️

Part 2 nanti, itu ke supir truck yang lain ya. Saya kasih judul sama aja sampai part 3 karna pernah ngalamin sampai 3 kali ke supir truck. Mohon di pahami!


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

𝐍𝐆𝐄𝐑𝐉𝐀𝐈𝐍 𝐎𝐑𝐀𝐍𝐆 𝐌𝐀𝐁𝐔𝐊

𝐌𝐄𝐑𝐓𝐔𝐀𝐊𝐔 𝐓𝐀𝐔 𝐀𝐊𝐔 𝟔𝟒𝐘