πŠπ€πŠπ„πŠ 𝐆𝐀𝐓𝐀𝐋 πƒπˆ 𝐏𝐄𝐋𝐀𝐁𝐔𝐇𝐀𝐍

Oleh : Ayah Penyayang

Minggu sore itu aku udah tiba di bekas pelabuhan. Aku udah keliling² liatin org mancing. Gak ada yg menarik perhatianku. Mataku nyari² Bpk² ganteng aja. Entah itu pemancing ataupun penonton. 

Aku kesana cuma cuci mata, bukan nyari². Karna aku gak tau bs dapatin Bpk² sakit disana. Mataku menyapu sekeliling melihat di sudut mana ada Bpk² ganteng yg bs memanjakan mata.

Kuliatlah ke bagian sudut dekat tangga turun ke bawah, ada Bpk² dgn santainya eek di sungai.

Dia naik ke pohon mati yg yg hanyut di sungai itu. Pohonnya nyangkut dgn posisi tumpang dgn akar² keatas. Diapun manjat kesana pake CD doang dan eek.

Asik jg mandangi p4ntat²nya. Apalagi orgnya seleraku. Tp gak nampak sih burungnya sama sekali. Cuma eeknya nampak jatuh² πŸ˜ƒ.

Selesai eek dia menuruni akar kayu sampai menyentuh permukaan air lalu cebok. Selesai cebok dia menaikkan CD-nya lalu mandi dgn cara menimba air sungai yg keruh pakai timba kecil.

Akupun meninggalkannya. Aku ke sudut lain. Ku pandangi sekelilingku. Dari antara kerumunan org yg mancing dan nonton di slh satu pinggiran pelabuhan, aku memandang ke blkg, ke arah gudang kosong.

Ada seorang Kakek yg duduk menyendiri disana. Kelihatannya dia ganteng. Oleh karena itu aku pun mendekatinya guna memastikan wajahnya.

Wah, ternyata dia Kakek² seleraku. Rambut sama kumisnya udah putih, dia ganteng, dia mirip bule. Sebut aja dia bule lokal! Matanya agak cipit, kulitnya putih, dia tinggi kurus. 

Begitu aku mendekat dia senyum dan mengernyitkan kening. Itu membuatku penasaran dgn dia.

Setelah melewatinya 10 mtr, akhirnya ku putuskan mutar balik dan menemuinya. Ku dekatin motorku ke arah duduknya.

"Pak!", sapaku.

"Ya!", jwbnya dgn santai dgn wajah berseri. 

"Dari mana?", tanyanya.

"Dari rumah, Pak!", jwbku.

"Siapa itu Pak?", tanyaku menyebut seorang pria yang mana pria tsb baru aja dr tmpt Kakek itu sblm aku kesana.

"Gak tau! Gak kenal!", jwbnya.

"Oh kirain kawan Bpk, soalnya dia barusan dr sini kan?!", ucapku.

"Gak kenal!", katanya sekali lg.

"Dia liatin aku disana td.", ucapku.

"Sor mungkin dia sama kau!", kata Kakek tsb.

Aku kaget dengar ucapan Kakek itu. Kok dia bilang sor ya.

"Kalau di liat²nya berarti jgn² dia sor samamu tuh!", ucapnya lg.

Aku makin heran.

"Kok sor pula laki² kok Pak!", ucapku.

"Iya, biarpun laki², kan bs jg dia sor samamu.", ucapnya dgn santai.

Lalu aku duduk di sblhnya. Jangan² sakit jg Bpk ini, gumanku. Baguslah, soalnya aku selera banget liatnya.

Kami pun cerita² sambil merokok. Kadang aku duduk di samping kanannya kadang berdiri di dpnnya.

Aku selalu liatin selangkangannya. Aku nafsu liat pahanya karna celana pendeknya tergolong pendek.

Dia sering menantang tatapanku membuat aku salting dan agak gugup. Tapi orgnya sngt cuek dan santuy.

Celananya cadoray pendek warna coklat. Tapi anehnya gak ada ngejendol sedikitpun burungnya.

"Jumpailah yg td, siapa tau dia cinta samamu!", ucapnya lagi sambil menatap mataku.

"Gaklah Pak. Aku gak suka yg muda.", kataku memberanikan diri.

"Kau suka yg gimana?", tanyanya.

"Aku suka yg tua kayak Bpk!", kataku dgn udah mulai gemetaran.

Tapi dia santai aja dgrnya. Dia liat² jg ke arah selangkanganku, begitu jg aku jd lbh berani liatin itunya.

"Pasti besar punya Bpk ya!", kataku mandangi selangkangannya.

"Gak! Kecil...!", ucapnya.

"Masa' iya!", ucapku gak percaya.

"Kecil...!", ucapnya.

Dia meng-goyang² kedua pahanya dgn cara mengatup bukakan secara teratur bagai sdg mengikuti irama musik.

Lalu dia membukakan resletingnya dan mengeluarkan burungnya disitu.

"Kecil ni, ha!", ucapnya.

Benar saja, burungnya sngt kecil dan pendek. Gak ada batangnya. Adanya cuma kepala doang yg nempel ke tubuhnya. Kepala itu di tarik²nya keluar menunjukkan ke aku.

Kaget kali aku karna Bpk itu nekat buka² celana dan liatin burung di sore² yg msh panas terik di tmpt gt.

Diam² aku nyalain camera hapeku dan ku foto² serta ku videoin ber-kali². Hasil foto & videoku pun HD waktu itu karna aku ngambilnya sngt dekat di dpn dia tanpa gemetar.

"Coba di keluarin lagi Pak, aku mau liat lbh jls!", ucapku.

Diapun terus me-narik² kepala burungnya se-akan² memperpanjang, tp emang itu aja lg gasnya.

Pokoknya benar² cuma kepalanya aja yg ada, gak ada batangnya. Pdhl kan dia kurus, bukan terbenam karna dia gemuk.

Kami ngobrol terus, ketika itu aku udah makin dekat di dpnnya. Tapi aku gak ada megang sama sekali.

Aku sibuk mendokumentasikan. Dia sering jg liatin ke aku dan ke kameraku.

"Kau foto² pula?", tanyanya.

"Gaklah!", kataku pdhl iya. πŸ˜ƒ

"Enak kali tuh di isap Pak!", kataku.

Wajahnya emang aku suka, hidungnya runcing, suaranya ngebass. Tp gak nyangka aja burungnya sekecil itu.

Ber-kali² aku bilang aku pengen isap, atau enak kali tuh di isap.

"Janganlah, nanti di liat org!", jwbnya.

"Ya gak disinilah mksdku. Aku jg gak berani disini.", kataku.

Ku ajaklah dia pergi ML saat itu jg tp dia gak beranjak² dr duduknya. Dia spt malas atau kurang smngt.

Aku terus mengajaknya pergi namun jwbnya nantilah² mulu. Tp sbnrnya aku gak mau bawa dia ke kostku. Aku malu karna dia udah tua kali, ketara kali diliat org.

Aku mikirin main outdoor aja.

"Pak, ayolah ku isap. Udah gak tahan aku lg!", kataku.

"Dimana?", tanyanya.

Lalu ku tawarkanlah sebuah tmpt yg biasa ku pake.

"Jauh kali kesana, di jln anu jg bisa, ada disitu ruko yg blm siap. Luas tanahnya ke blkg. Disana aman!", katanya.

Aku tau tmpt itu bahkan kenal siapa yg punya ruko. Tp aku memang blm prnh ML disana. Aku lgsg bayangin emang pasti aman kali disana krn sngt sepi dan gak ada org.

"Pernah main disana ya Pak?", tanyaku.

"Iya!", jwbnya.

"Ayolah kesana!", ajakku.

"Bentarlah dulu!", katanya.

"Simpan aja no ku!", katanya lagi.

Lalu aku lgsg nanya no nya. Ku miskollah saat itu jg.

"Kapan² aja ya, kan udah ada no ku.", ucapnya. 

Meskipun aku kecewa, aku hrs puas dgn kata² itu. Tp aku cukup puas sih liatin dan videoin burungnya secara jls lengkap dgn wajahnya.

Beberapa hari berlalu, aku tlp²lah Bpk itu, tp dia gak mau ngangkat. Pdhl masuk terus tp gak di angkat. Begitulah terus asal ku tlp gak prnh di angkat. 

Lalu bbrp bulan berikut kami papasan di jln siang². Dia gak liat aku tp aku liat dia. Lgsg aja aku putar haluan.

Ku kejar dia lalu kusapa.

"Pak! Mau kemana?", tanyaku.

"Ada urusan", katanya cuek.

"Msh ingat aku gak Pak?", tanyaku.

"Masihlah!", jwbnya.

"Yg di pelabuhan kemarin Pak!", ucapku memperjelas.

"Iya iya, aku ingat kok!", katanya.

"Brenti dulu Pak, aku mau ngomong!", kataku.

"Aku mau ke rumah anak!", jwbnya.

"Brenti bentar dulu!", kataku.

Akhirnya dia mau.

"Kenapa gak prnh Bpk angkat tlpku? Udah sering aku tlp²!", tanyaku.

"Hapeku tuh gak prnh ku urusi, terletak gt aja. Kadang² sampai mati hbs batre.", jwbnya.

"Kok gt Pak, angkatlah!", kataku.

"Gak ada! Gak prnh urus² hape. Memang gt pula dr dulu.", katanya.

Agak aneh ya pembaca!! Dulu dia yg nawarin save no nya tp di tlp gak mau angkat.

Blm sempat lg aku sempat nawarin mau ML, dia lgsg izin pamit. 

"Udah ya aku jln dulu!", ucapnya.

"Pak, kpn kita gitu?", tanyaku.

"Tenang ajalah, msh ada wkt bsk²!", katanya.

"Ya kapan?", kataku.

"Tenang ajalah. Aku gak ke-mana2 kok, disini terus.", katanya.

Rada kesal dgrnya, omongannya gak bs di pegang atau di harapkan. Gt lah ceritanya, kami gak prnh ketemu². Lalu bbrp blm kemudian papasan lagi.

Masih di sekitar yg prnh ketemuan dulu. Emang dia jg ngaku tggl di sekitar situ sih.

Kali ini kusapa lgsgs dan diliat. Tp dia jln terus aja. Sementara aku udah sibuk liatin ke blkg. Waktu itu udah jam tgh 7 mlm. Akupun mutar balik ngejarnya.

"Pak tunggu dulu!", kataku.

"Ada apa?", tanyanya.

"Ngomong bentar!", kataku.

Tp dia gak mau brenti, kami jln terus beriringan ngobrolnya lambat².

Kok gt ya? Dia gak sombong sih, tp kok cuek² gt. Lalu sekitar 2 bln dr sana, aku melihat dia di dpnku, bukan papasan ya. Aku lgsg mengenalinya dr jauh.

Ku kejar dia dan ku panggil. Lalu dia menoleh ke kanan.

"Kemana tuh?", tanyaku.

"Kesana bentar!", jwbnya sambil ngasih tau sebuah tmpt.

"Pak ke tmpt kemarin yok, yg di ruko tuh.", ajakku.

"Gak bs skrg, aku lg sibuk. Ini mau jualan.", katanya.

Gitulah terus kami gak prnh ML.

Akupun gak mau lg nlp dia. Setaun berlalu, aku ngobrol² dgn seorang teman lama di tongkrongan g4y. Dia nunjukin sebuah foto di hapenya.

"Ini kenya sakit jg, dia jualan miso di jln anu.", katanya.

Aku kaget aja liat foto itu, ternyata Bpk itu.

Tapi aku gak bilang kenal dia. Aku nanya² aja apa yg dia tau ttg Bpk itu. Dia bilang dugaaan dia itu sakit, kemarinnya mereka prnh bicara². Kalau kau suka pergilah kesana bsk cari dia, ucapnya.

"Iya, aku suka!", kataku.

"Pergilah sana.", katanya.

Tapi sampai skrg aku blm prnh nyari dia ke tmpt jualannya itu. Dan anehnya, meski sering keliling², aku blm prnh nampak dia di jln tsb jualan.

Kata teman td dia jualan pake motor tp nongki ditmpt itu aja. Bpk itu memang blm terkenal di kalangan dunia g4y di kota ini.

Dia gak prnh sih nongki ke tmpt² g4y gt. Mungkin dia sibuk jualan aja saban hari. Dulu kan kami kenalan bukan di tmpt g4y tp di pelabuhan.

Tapi apa sih asiknya ML dgn dia, burungnya gak ada. 😁 Kecuali dia pintar isap punyaku dan bs di tusuk, itu baru mantap namanya.

Udah lama aku mengabaikan dia, sm sekali gak prnh ingat² dia lg. No nya jg udah gak ada lg samaku.

Tapi ini teringat karna lg bikin tulisan ini aja, jd aku ngingat² kenangan²ku dgn siapa aja utk ku tuang disini.

Hari minggu bsklah ya aku mau coba nyariin dia dulu. Aku mau cari dia ke lokasi jualannya. Jd pengen jg ngobrol dgn dia disana. Mungkin gak ya kami jd nya akan ML nantinya. Hehe.



Selesai

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MODUSIN SUPIR TRUCK Part 1

ππ†π„π‘π‰π€πˆπ πŽπ‘π€ππ† πŒπ€ππ”πŠ

πŒπ„π‘π“π”π€πŠπ” 𝐓𝐀𝐔 π€πŠπ” πŸ”πŸ’π˜