πƒπˆπ€ πŒπ„ππ˜π„ππ”π“ πƒπˆπ‘πˆππ˜π€ πŒπ€ππ“π€π 𝐑𝐖

Oleh : Ayah Penyayang

Malam itu sekitar jam 23.⁰⁰ aku melintas di jln yg bnyk mobil truck mampir. Udah ber-jam² keliling² disana gak jg dapat Bpk² supir truck yg bs di isap. 

Lalu mendekati sebuah bundaran, aku melihat ada Bapak tua mengendarai sepeda motor butut dgn pelan².

Aku berusaha melihat wajahnya, wah kesukaaanku. Lalu aku terpikir utk merayunya. Tp posisi tepat di bundaran, aku gak tau dia kemana. Lurus, kekiri, atau ke kanan.

Aku milih ke kanan karna kesitu arahku pulang. Ternyata dia lurus. Aku salah prediksi. Akupun mutar balik dan ngikutin dia.

Gampang ngejarnya karna dia jalan pelan². Aku pepet dia dr kanan dan aku berusaha menyapanya dgn mengukir senyum indah di bibir.

"Pak, mau kemana?"

Aku gak mau dia takut melihatku yg mengikutinya.

Wajar kan, Bapak² tua takut melihat seorang pemuda bertubuh kekar memepetnya dijalan tngh mlm. Apalagi pemuda tsb gak dikenalnya.

Itulah yg ku antisipasi, biar dia gak menganggapku begal atau org preman yg mau mencelakainya.

Aku berusaha melembutkan cara bicaraku biar dia tau aku bukan sebuah bahaya.

Diapun menoleh ke arahku stlh mendengar sapaanku. Dia senyum sumringah menjawabku sambil terus berjalan.

"Mau pulang!", jwbnya.

"Pak, berhenti bentar, ada mau ku bilang!", kataku.

Dia pun tanpa ragu mau berhenti di sebelah kiriku. Aku tetap mempertahankan senyum manis di wajahku.

"Kok larut malam hbs dr mana, Pak?", tanyaku. 

"Pulang dr rmh anak, di anu...!", katanya menyebut sebuah alamat.

"Iya kok larut malam pulangnya, apa gak takut?", kataku.

"Gaklah, udah biasa!", ucapnya.

"Pulang kemana?", tanyaku.

Lalu dia menyebut sebuah daerah.

"Mak, jauhnya lagi Pak. Sdgkan dr rmh anak Bpk kesini aja udah jauh, dr sini ke rmh Bpk msh sngt jauh lg.", kataku.

"Pak, ada yg mau ku bilang sama Bpk!", kataku. 

"Mau bilang apa?"

Dia nanya lgsg msh dgn senyum²nya.

"Boleh gak aku isap burung Bpk?", tanyaku.

Aku mengentikan bicaraku dan menunggu reaksinya. Ku pandangi wajahnya. Dia pun ketawa² sambil sesekali memandangiku.

Gak ada jwbn keluar dr mulutnya selain ketawa mendengar permintaanku.

"Boleh gak Pak? Aku suka kali ngisap burung Bpk². Kebetulan kayak Bpk ini seleraku.", tambahku.

Dia senyum² terus.

"Kok bisa suka gitu?", tanyanya.

"Itulah Pak. Tp emang hobi kali aku isap² burung Bpk² seumur Bpk!", jwbku.

"Ada² aja ya!", katanya sambil terus senyum.

Gak bnyk kata keluar dr mulutnya. Tp dia selalu senyum². Dia gak berusaha kabur dariku. Dia tetap santai.

"Maulah ya Pak, aku udah pengen kali nih. Dr td cari² gak dapat.", bujukku.

Dia senyum² dan menatap ke depan.

"Percayalah Pak aku gak org jahat. Aku cuma pengen isap!", ujarku.

"Aku pintar kali ngisap Pak, pasti puas Bpk kubuat.", tambahku.

Lalu di hidupkannya motornya, kabur nih, pikirku. Lalu aku pun hidupkan motorku. 

"Kemana Pak?, tanyaku.

"Ikut ajalah!", katanya.

Kini aku yg jd bingung dan tanda tanya. Karna aku blm tau dia mau apa gak.

"Kemana nih Pak?", tanyaku lg sambil mengiring dia.

"Kantor camat tau?", tanyanya.

"Iya!", jwbku.

"Disana sepi, bisa disana. Sana aja kita.", ucapnya.

Aku pun ikut dia. Kamipun memasuki halaman kantor tsb. Tapi ada 3 org remaja² duduk di dpn itu. Akhirnya kami lgsg mutar.

Di bagian gerbangnya, ada tmpt duduk pnjg dr kayu, tepatnya di bawah pohon trembesi. Disitulah remaja² itu nongkrong.

Kebetulan kantor itu blm berpagar. Kamipun gak jd mojok. Di jln stlh pulang dr sana dia bilang..

"Biasanya gak ada lg org disitu jam segini. Biasanya enak kali disitu di bagian blkgnya.", katanya.

"Kemana lg kita nih ya?", tanyanya.

Akhirnya ku ajak dia ke sebuah tmpt yg benar² aman gak ada org msk kesana.

Sebuah bekas pengambilan tanah timbun yg udah lama di tinggal. Jalan msknya lebar muat mobil truck.

Di dlmnya luas tanah kosong yg blm di tumbuhi. Ternyata dia tau tmpt itu.

"Oh kesini!", katanya.

Kami masuk ke dlm. Aku msh memutar kepala motorku ke arah jln, dia lgsg buka celananya dan kencing. Tp aku gak bs liat karna gelap. Selesai kencing dia gak lg masukin burungnya.

Di biarkannya burungnya bergelantung. Lalu aku pun mendekat dan memegang burung itu. Lumayan besar dlm kondisi mati.

Ku cermati batang Bpk itu dlm kegelapan mlm. Untung aja langit agak cerah wkt itu. Aku pun lgsg jongkok biar lbh dekat. Kuliat ada bintik hitam di kepalanya.

Aku sempat ragu apakah itu penyakit. Kuraba bintik hitam itu mulus, gak menonjol. Ternyata sejenis taik lalat.

Lalu aku pun menyedot batang itu hingga dlm wkt sekejap lgsg membesar dan mengeras. Ku jilatin jg bijinya. Bpk itu mendesah keenakan. 

"Enak Pak?", tanyaku.

"Iya, enak!", jwbnya tanpa jaim².

Aku pun makin semongko menyedotnya biar Bpk itu senang. Sesekali aku hentikan isapanku utk meremas burungku.

"Pak, isap punyaku!", suruhku.

"Saya gak bisa!", jwbnya.

"Isaplah Pak!", kataku lg.

"Gak bs saya kalau di suruh isap!", katanya.

Lalu kembali aku jongkok ngisapin dia, sehingga aku kesulitan ngocok punyaku. Lalu tak lama Bpk itupun nembak. Terasa bnyk cairannya memenuhi mulutku.

Segera kubuang dr mulutku takutnya aku jd muntah. Yg jls aku gak mau nelan itu. Bpk itu segera masang celana.

Aku msh sibuk ngocokin punyaku.

"Jgn di tutup dulu!", kataku.

Tapi dia terus memasukkan burungnya ke celana. Ku rampas burung itu dr celananya. 

"Tunggu! Biar ku pegang² dulu, biar aku nembak. Bpk gak mau isap!", kataku dgn nada keras.

Akhirnya burung itupun berhasil ku pegang. Aku pun nembak dan berceceran semua ke tanah. Lalu dia memuseumkan burungnya. 

"Boleh minta no nya gak Pak? Biar bs kita jumpa bsk²?", tanyaku.

"Catatlah!", katanya.

"Siapa kubuat namanya, Bpk siapa namanya?", tanyaku.

"Buat aja disitu mantan RW!", katanya.

"Aku Ketua RW dulu. Tp skrg gak lagi.", jelasnya. 

Akupun nyimpan no nya dgn nama Mantan RW. 

"Dulu ada teman aku org nias, orgnya putih kecil². Dia langganan ngisap punyaku!", katanya. 

Wah ternyata udah pemain jg Bpk ini, gumanku. Kirain blm pernah sblmnya.

"Kenapa gak lg Pak?", tanyaku.

"Udah kehilangan kontak. Dia pun gak prnh nampak lg. Kenya dia udah gak disini lg, mungkin udah pulkam!", jelasnya.

"Jadi stlh itu siapa skrg langganan Bpk?", tanyaku.

"Gak ada lg!", jwbnya.

"Samaku aja ya!", seruku.

"Boleh!", katanya.

"Udah brp lama tuh Pak kejadiannya?", tanyaku. 

"Udah lbh setaun yg lalu lah!", jwbnya.

Tapi stlh itu, setiap ku tlp dia gak prnh mau ketemu. Di jwb sih tp bnyk alasannya. Janji² aja terus nanti² tp asal ku tlp selalu gt terus.

"Aku krj skrg, gak bs jln² lg!", katanya.

"Kerja apa Pak?", tanyaku.

"Jaga gudang org!", katanya.

Itupun tmptnya lumayan jauh pula. Padahal dia udah 65 lbh lho umurnya.

Stlh itu kenya gak prnh lg dia ku hubungi sampai tulisan ini kubuat.



Selesai

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MODUSIN SUPIR TRUCK Part 1

ππ†π„π‘π‰π€πˆπ πŽπ‘π€ππ† πŒπ€ππ”πŠ

πŒπ„π‘π“π”π€πŠπ” 𝐓𝐀𝐔 π€πŠπ” πŸ”πŸ’π˜